Popular Post

Archive for Juli 2013

Gedung Tinggi yang Terlupakan

By : Fauziah Cahyani


Gedung Juang 45 Tambun, Bekasi

Jas Merah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Begitulah semboyan yang diucapkan presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966. Tentu terdapat makna yang sangat dalam pada kalimat itu.

Indonesia memiliki momen-momen bersejarah yang sangat banyak pada masanya. Momen-momen bersejarah itu biasanya diwujudkan dalam bentuk bangunan atau monumen. Dari Sabang sampai Merauke, dapat ditemukan banyak sekali bangunan, monument, serta benda-benda bersejarah peninggalan masa lalu.

Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Bekasi yang letaknya berdampingan dengan Jakarta memiliki sejarah perjuangan melawan penjajah yang tak kalah heroik. Perjuangan rakyat Bekasi sempat diabadikan dalam puisi terkenal karya Chairil Anwar yang berjudul Karawang-Bekasi.

KARAWANG-BEKASI
karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

Betapa heroiknya perjuangan rakyat Bekasi melawan penjajah sangat terasa pada penggalan bait demi bait dalam puisi tersebut. Untuk kembali mengenang momen bersejarah itu, Bekasi memiliki beberapa bangunan dan monumen bersejarah. Salah satunya adalah Gedung Tinggi atau yang saat ini lebih dikenal dengan Gedung Juang 45.

Gedung Juang 45 terletak di jalan Sultan Hasanudin, dekat Pasar Tambun dan Stasiun kereta api Tambun. Bangunan berarsitektur neoklasik ini dibangun oleh tuan tanah Kow Tjing Kie pada tahun 1910. Sudah lebih dari satu abad.

Kondisi bangunannya saat ini sangat memprihatinkan. Tak terurus, kotor, dan bau. Ya, bau kotoran kelelawar yang menghuni gedung itu sangat menyengat. Bahkan baunya tercium dari luar gedung. Bangunan bersejarah yang menjadi sarang ribuan kelelawar ini dibiarkan begitu saja. Layaknya gedung mati. Tak berpenghuni.

Saat saya berkunjung ke Gedung Juang 45 ini, saya bertemu dengan Jonly, keturunan veteran yang sekarang tinggal di salah satu bangunan di area Gedung Juang 45. Ia dapat menceritakan sedikit sejarah tentang Gedung Juang 45 ini pada maasanya.

“Gedung Juang ini dulu di bangun di masa penjajahan Belanda. Gedung Juang ini dulu tempat para orang tua kita, nenek kita untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Nah itulah yang disebut dengan veteran ataupun pejuang untuk melawan Belanda. Dan di Gedung Juang ini dulu salah satu tempat perkumpulan dari kota, dari alun-alun kota sampai ke sini para orang tua kita dulu bersiap melakukan perlawanan. Apakah jalan kaki ke Bogor atau ke Karawang.” Cerita Jonly.

Namun sayang sekali. Saat ini kondisi bangunan bersejarah ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat sekitar dan Pemerintah Kabupaten Bekasi. Bahkan area lahan Gedung Juang 45 saat ini difungsikan menjadi Kantor Dinas Pemadam Kebakaran, Laboratorium Kesehatan Daerah, sampai markas organisasi masyarakat Pemuda Panca Marga.
 
Saat sore hari tiba, kita bisa melihat ribuan bahkan jutaan kelelawar menyumbul keluar dari dalam gedung melalui jendela pada bagian puncak gedung. Sangat banyak. Melihat banyaknya kelelawar itu, tidak heran jika bau yang menguar dari dalam gedung sangat menyengat. Untuk membersihkan kotoran kelelawar itu ada seorang setiap bulannya bertugas membersihkan. Menurut Santoso, salah satu pegawai Dinas Kebakaran, dalam sekali pembersihan bisa terkumpul enam karung kotoran kelelawar.

Tak ada campur tangan pemerintah setempat untuk membersihkan atau bahkan mengusir kelelawar-kelelawar itu. Pemerintah hanya melakukan perawatan setahun sekali yaitu pengecatan gedung dan tidak ada renovasi besar yang dilakukan. Mungkin karena itu adalah bangunan bersejarah, jadi renovasi akan mengubah nilai sejarahnya. Banyak jendela yang sudah pecah, tembok yang dicorat-coret, dan dinding yang retak.

Ada hal menarik jika kita berkunjung ke Gedung Juang 45 saat akhir pekan. Kita dapat menyaksikan anak-anak remaja putri berlatih menari tarian tradisional. Mereka adalah anggota ormas Pemuda Panca Marga. Dengan memanfaatkan teras Gedung Juang 45 mereka berlatih tari Jaipong atau Saman.

Sangat terlihat bahwa mereka sama sekali tidak merasa terganggu dengan bau kotoran kelelawar yang menyengat. Seperti itu adalah sesuatu yang tidak aneh lagi bagi mereka. Bahkan mereka tidak merasa jijik saat makan di area Gedung Juang 45 itu.

Sempat tersiar kabar bahwa Gedung Juang 45 akan dijadikan cagar budaya dan museum namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari Pemerintah Kabupaten Bekasi. Teti Junaeti selaku Kepala Seksi Bidang Pengembangan Kesenian Kabupaten menjelaskan mengapa belum ada tindak lanjut dari pemerintah soal Gedung Juang 45 ini.

“Itu baru hasil workshop eh sarasehan. Dari hasil sarasehan kita kumpulkan hasilnya. Salah satunya ya itu Gedung Juang. Masyarakat inginnya menjadi pusat studi kebudayaan Kabupaten Bekasi. tindak lanjut belum. Mungkin yang diinginkan masyarakat Bekasi pusat studi kebudayaan di Kabupaten Bekasi. orang kan masih bingung ya kalau misalnya nyari-nyari buku tentang Kabupaten Bekasi kan itu baru milik perorangan. Yang merasa punya buku. Perpustakaan daerah juga belum lengkap. Jadi mungkin di sana maunya ada peninggalan, artefak kah, mungkin kalau museum ada, ada tempat pagelaran seni. Jadi orang kalau mau belajar budaya Bekasi bisa ke sana.” ungkap Teti saat ditemui di Kantor Pemerintah Kabupaten Bekasi.

Wacana hanya akan menjadi sebuah wacana jika tidak ada tindak lanjut dari berbagai pihak seperti masrayakat, pemerintah, sampai investor.

Teti juga menjelaskan bahwa tindak lanjut untuk menjadikan Gedung Juang 45 sebagai cagar budaya berada di tangan masyarakat dan pihak pemerintah hanya mengakomodir.

“Ya mungkin kalau masyarakatnya keras menyuarakan. Kita hanya mengakomodir. Kita pemerintah daerah kan banyak sekali kepentingan. Ini merasa penting, ini penting. Karena yang sekarang kan infrastruktur ya semuanya merujuk ke ekonomi yang lebih baik.” Jelas Teti.

Lalu bagaimana harapan masyarakat Bekasi itu sendiri terhadap Gedung Juang 45? Memang ada yang berharap untuk Gedung itu dirawat dan diperhatikan pemerintah, namun ada juga yang acuh terhadapnya. Seperti seorang ibu pemilik warung yang tak jauh dari area Gedung Juangg 45. “Say amah gak mikirin Gedung Juang! Mikirinnya harga pada naik!.” Begitu katanya.

Sedangkan warga yang masih mementingkan nilai sejarah pada gedung tua itu menaruh harapan yang besar agar wacana pemerintah setempat dapat secepatnya terealisasikan.
“Kalau bisa sih dibagusin udah sayang banget. Ya dijagalah. Tolonglah diperhatikan sama pemerintah. Itu aja. Gak kurang gak lebih. Perhatikan jangan jadi gedung mati. Itukan Gedung juang, tempat perjuangan.” Ahmad, salah satu warga berharap.

Jika saja semua pihak serius akan wacana menjadikan Gedung Juang 45 ini sebagai cagar budaya, pasti Gedung Juang 45 akan menjadi tempat yang sangat menguntungkan. Baik dari fungsinya sebagai tempat kebudayaan yang mempertahankan sejarah sampai kondisi ekonomi sekitar Gedung Juang yang membaik karena banyaknya masyarakat yang berkunjung.

Bangunan dan benda-benda bersejarah adalah salah satu hal penting yang dapat mengingatkan kita akan perjuangan para pahlawan dalam upayanya memerdekakan Indonesia. Tanpa mereka, mungkin saat ini kita sebagai bangsa Indonesia masih dijajah oleh negara lain.

- Copyright © My Precious Life - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -