- Back to Home »
- Inspired by.. , Memories , My Stories »
- Ketua Yayasan
Posted by : Fauziah Cahyani
Rabu, 02 Mei 2012
Jadi
gini ceritanya..
Waktu
kuliah Psikologi Komunikasi kemaren pagi, buDos lagi ngejelasin Komunikasi
Interpersonal berkaitan dengan IQ dan EQ seseorang. Terus buDos ngasih contoh
kasus pemilihan Ketua OSIS. Katanya ketua OSIS itu dipilih bukan hanya
berdasarkan kepintarannya aja, tapi juga sisi leadership-nya, kemampuan
berbicara, mudah bergaul (supel), dan bisa masuk ke semua kalangan. Dan
ujung-ujungnya buDos nanya siapa yang waktu SMA-nya aktif di OSIS. Semuanya
saling nunjuk. Buat dicengin lebih tepatnya :p
Tapi
tiba-tiba ada salah satu temenku yang nyeletuk gini, "Ziah kepala
sekolahnya, bu!"
Ah
sial! Aku juga ga luput dari bahan cengan. Terus aku timpalin aja gini,
"Eh gue mah Ketua Yayasan!". Tapi malah menjadi-jadi cengannya -___-a
Gara-gara
itu aku jadi inget sama impianku dulu. Membuat sekolah yang bagus dan gratis
untuk anak-anak yang tidak mampu..
Kenapa
aku bisa mempunyai impian seperti itu?
Awalnya
seperti ini..
Saat
itu aku masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Salah seorang guruku, pak Dadang
membawa beberapa belas murid untuk berkunjung ke SMA DAI AN-NUR di
Losarang-Indramayu. Aku adalah salah satu diantara belasan siswa putih-biru
itu..
Begitu
sampai..
WHOAAAAA!!
Sekolah itu besar sekali. Sekolah itu begitu sempurna. Ada asrama, ruang kelas,
lab komputer, lab fisika-kimia, lab bahasa, masjid, lapangan basket, lapangan
tenis, lapangan bulutangkis, kolam renang, perpustakaan, dan masih banyak
fasilitas lain..
Lebih
hebatnya lagi, sekolah itu baru akan membuka pendaftaran untuk angkatan
pertama. Sekolah baru membuka pendaftaran ketika semua fasilitas sudah lengkap.
Keren!
Salah
seorang pihak dari SMA itu juga mengatakan bahwa yang sudah mendaftar bukan dari
Indramayu saja, tetapi banyak juga dari luar kota seperti Jakarta, Bandung, dan
sekitarnya..
Aku
tentu sangat ingin bersekolah di sana. Sangat. Tapi itu tidak mungkin..
Sejak
saat itu aku selalu berkhayal untuk memiliki sekolah sendiri. Bagaimana sekolahnya,
fasilitas-fasilitasnya, guru-gurunya, murid-muridnya, bahkan aku memikirkan
seragamnya..
Tapi
aku sudah melupakannya. Barangkali tidak sengaja melupakan. Tapi karna pagi
itu, aku kembali teringat..