Popular Post

Posted by : Fauziah Cahyani Selasa, 17 Mei 2011

Rindu Jahitanmu
Ah! Aku rindu. Sungguh..
Janjiku untukmu Mamah. Jika Tuhan mengizinkan, aku pasti akan menapatinya..

Setiap hari raya Idul Fitri, aku dan kakakku selalu dijahitkan baju baru. Aku ingat baju berwarna pink itu. Hanya aku yang punya. Anak kecil memang suka dengan hal-hal seperti itu bukan??
Aku melihat dan memperhatikannya melingkarkan meteran di bagian-bagian tertentu tubuhku. Menuliskannya pada sebuah buku. Kemudian memulai menggambarkan pola-polanya pada kain. Digunting dan disatukan kain-kain yang berpola itu.
Itu irama. Ketika kedua kakinya menggerakkan sesuatu (yang aku tidak tahu apa namanya) yang berada di bagian bawah mesin jahit. Lebih tepatnya diinjak. Lalu tangan kanannya memutar sesuatu (ini juga aku tidak tahu apa namanya), bentuknya seperti roda. Kecil. Mungkin hanya berdiameter 15-20 cm. Ah ya! Aku melupakan sesuatu sepertinya. Sesuatu yang diinjak dan yang diputar itu dihubungkan dengan sebuah tali. Talinya pernah putus. Tapi beliau menyambungnya kembali dengan kain perca yang agak panjang. Dan sesekali roda itu memang harus diberi pelumas agar tidak macet..
Ada salah satu bagian tersulit yang harus beliau lakukan sebelum mulai menjahit. Yaitu proses pemasangan benang. Ya! Itu sulit kawan. Setidaknya menurutku. Benang itu tidak sembarangan dipasang. Ada tekniknya. Harus dimasukkan melalui lubang-lubang yang tidak besar ukurannya. Dan ada alurnya..
Suatu hari aku pernah tertipu. Ditipu oleh Ibuku. Tenang kawan,. Aku lanjutkan ceritanya yaa..
Jadi, beberapa minggu sebelum hari Ray Idul Adha, beliau memulai menjahit sesuatu. Dua pasang baju. Dan dengan lugunya aku bertanya, “Mah, buat aku sama Mbak Iis ya??” Tetapi aku mendapat jawaban yang mengecewakan. Beliau bilang, “Bukan, ini buat tetanga kia. Pesanan orang.” Aku kecewa.
Tapi aku tidak curiga. Karena kami memang mempunyai tetangga yang memiliki dua anak perempuan yang sama usianya dengan aku dan kakakku.
Apakah aku iri?? Pasti!!
Kenapa mereka dapat baju baru dan aku tidak?? Oh jahatnya! *mulai lebay*
Tapi aku tidak bosan bertanya baju itu untuk siapa? Dan Ibuku juga tidak bosan menjawab dengan jawaban yang sama yaitu, “Bukan.” Setiap kali aku melihatnya menjahit aku selalu bertanya. Hingga suatu hari aku melihatnya. Apa? Ekspresinya! Lihatlah itu! Aku menemukan senyum keusilan dari wajahnya.
Dan.. Tepat! Aku tertipu! Dua pasag baju itu untuk aku dan kakakku. Kami memakainya tepat di hari Raya Idul Adha ^^.

Itu hanya sedikit kisah yang dapat aku bagi dengan kalian tentang Ibuku dan mesin jahitnya.
Sekedar info saja, mesih jahit itu sekarang sudah tidak ada kawan..
Untuk itu, aku ingin membelikan satu yang baru untuknya. Suatu saat nanti. Walupun aku tidak tahu beliau masih bisa menjahit apa tidak karena usianya. Kalau begitu aku saja yang menjahitkan baju-baju yang indah untuk beliau.. –Harus belajar jahit berarti- ._.v

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © My Precious Life - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -