Popular Post

Posted by : Fauziah Cahyani Rabu, 27 Maret 2013



Bercerita tentang aku dan keluargaku mungkin akan lebih mudah ketimbang harus menceritakan bagaimana keluargaku yang lebih “besar” lagi.

Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Walaupun aku dilahirkan di Kota Bekasi, tetapi kedua orangtuaku bukan orang Bekasi.

Ibuku adalah orang Jawa asli. Keluarga Ibuku adalah petani di Sragen – Jawa Tengah. Tidak banyak yang aku ketahui tentang keluarga ibuku, yang aku tahu, Ibuku adalah anak kedua dari lima bersaudara, dan merupakan satu-satunya anak perempuan di keluarganya. Aku tidak begitu mengenal keluarga Ibuku dengan baik karena aku besar di Indramayu dan sangat jarang bertemu keluarga dari pihak Ibu yang sekarang berada si Solo dan Palembang. Ah, aku masih mempunyai nenek dari Ibuku, sedangkan kakekku sudah meninggal saat aku masih duduk di bangku SMK.

Ya, hanya itu yang aku ketahui tentang keluarga dari pihak Ibuku. Nenekku yang saat ini menetap di Palembang bersama paklik pun masih bertani. Bertani jagung..

Lalu bagaimana dengan keluarga dari pihak Ayahku?

Sepertinya aku bisa bercerita lebih banyak tentang ini. Karena aku besar bersama mereka.
Ayahku adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara. Sebuah keluarga yang cukup besar. Kakek dan Nenekku dari pihak Ayah merupakan warga asli Kota Indramayu – Jawa Barat. Kota yang menurutku sangat indah. Jika pagi datang, kau masih bisa menggigil karena kedinginan. Tidak jauh berbeda dengan tempat-tempat di pegunungan. Mungkin karena tempatku tidak terlalu dekat dengan laut dan jauh sekali dengan pantura (pantai utara). Bahkan jauh sekali.

Di sebuah desa bernama Singaraja, keluarga Ayahku berkehidupan. Desa ini terkenal agamis karena banyak pesantren dan sekolah-sekolah Islam. Begitu pula dengan keluarga ayahku. Walaupun biasa-biasa saja tapi disegani warga.

Selain Ayahku yang mempunyai keluarga yang besar, ternyata dari pihak Kakek dan Nenek juga memiliki keluarga yang besar.

Bani Warta
Adalah keluarga besar Nenekku. Warta sendiri adalah nama ayah dari Nenekku, dan itu berarti Warta adalah Buyutku. Tapi seingatku, aku tak pernah melihatnya.

Yang jelas adalah, keturunan Bani Warta ini masih menjalin hubungan dan berkumpul bersama saat Hari Raya Idul Fitri. Bisa dibayangkan betapa besarnya keluarga ini jika sedang berkumpul. Dari pihak Nenekku saja memiliki tujuh anak yang kini masing-masing sudah berkeluarga dan memiliki anak. Belum lagi keturunan dari lima saudara Nenekku yang lain. Sangat ramai. Dan hanya di momen ini lah aku bisa melihat keluarga besarku dari pihak Nenek. Yang kami lakukan ketika berkumpul adalah silaturahim dan makan bersama. Bahkan sampai saat ini aku tidak bisa menghafal semuanya karena terlalu banyak.

Bani Warta

Bani Muflikh
Sedangkan Bani Muflikh adalah sebutan untuk keluarga besarku dari pihak Kakek. Tak berbeda jauh dari Bani Warta, Bani Muflikh juga memiliki agenda rutin setiap Hari Raya Idul Fitri, yaitu berkumpul bersama keluarga besar. Tak kalah banyaknya dengan keturunan Bani Warta, Bani Muflikh pun memiliki keturunan yang sangat banyak.

Bani Muflikh

Walaupun Kakek dan Nenekku dari pihak Ayah sudah meninggal, tetapi tradisi ini masih terus dijalankan..

Rupanya perkumpulan keluarga seperti ini adalah bagian dari tradisi masyarakat Kota Indramayu khususnya di Desa Singaraja saat Hari Raya Idul Fitri. Jadi, bukan hanya keluargaku yang melakukannya.. Memang berkumpul dengan keluarga saat Hari Raya adalah hal yang wajar, tapi jika berkumpulnya bersama keluarga yang sangat besar seperti ini, tentu tak banyak orang yang melakukannya..

***

Tidak ada yang istimewa dari silsilah keluargaku ini selain ukhuwah islamiah-nya. Saat aku bertanya pada Ibuku mengenai silsilah keluarga ini, beliau berkata, “Tidak peduli bagaimana mereka (leluhur) hidup, yang terpenting adalah kalian (keturunan) saat ini."

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © My Precious Life - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -